loading

Jumat, 12 Februari 2010

Nabi Nuh As

Konstruksi Perahu Nabi Nuh As.

Menutut Riwayat nabih Nuh as memiliki usia yang panjang yaitu 950 tahun, hanya selisi 50 tahun dengan nabi adam as. Ketika Alloh mengankat beliau sebagai nabi usianya 450 tahun . selama hidupnya tak henti hentinya beliau mengajak kaumnya agar menyembah Alloh , bukan menyembah berhala tetapi ditolaknya ajakan tersebut hanya sedikit dari umatnya yang mengikuti ajakannya , umat nabih Nuh memang kersa kepala sehingga Alloh memberikan Azab berupa banjr besar.

Tetapi sebelum banjir besar itu terjadi Alloh SWT sudah memberikan perintah kepada nabi Nuh As. untuk membuat sebuah perahu tetapi nabi Nuh bingung karena beilau tidak mempunyai pengetahuan untuk membuat Perahu tesebut . Alloh SWT kemudian menyuruh Malaikat Jibril untuk mengajarkan kepada nabi Nuh cara membuat Perahu, maka dimulailah pembuatan perahu dengan arahan malikat Jibril yang kelak kisahnya di abadikan dalam Al Quran.
Kontruksi Perahu nabi Nuh As
Seperti yang dikatakan Ibnu Abbas mula-mula nabi Nuh menggergaji kayu jati menjadi beberapa potongan usai itu beliau melekatkan potongan kayu itu dengan paku yang terbuat dari besi . bagian haluan perahu tersebut berbentuk kepala burung merak, tetapi paruhnya seperti burung elang, sayapnya bagai sayap rajawali, wajahnya seperti burung merpati , buritannya seperti ekor ayam jago . sebagian riwayat mengatakan bahwa perahu nabi Nuh bertingkat tiga tapi sebagian lagi mengatakan tujuh tingkat , perahu itu mempunyai panjang kurang lebih 1000 hasta dengan lebar 600 hasta dan tinggi 300 hasta dengan tiap tingkat berjarak 10 hasta, tiap tingkat mempunyai pintu dan perahu itu mempunyai rantai besi serta di cat dengan aspal. Kemudian Alloh SWT memerintahkan kepada nabi Nuh as. agar memaku keempat sisi perahu tersebut dengan empat buah paku yang masing masin tertulis huruf Ayn’ yang artinya tanda dari 4 sahabat nabi Muhammad SAW. Abu bakar, Umar, Ustman, dan Ali.
Didalam perahu itu disediakan tangki air, dan persedaian makanan selama enam bulan . dan Alloh SWT juga menurunkan sebuah Merjan yang becahaya seperti matahari untuk diletakkan didalam perahu yang berfungsi sebagai waktu dan tanda kapan malam tiba. Didalam perahu tersebut nabi nuh menempatkan kaumnya yang berjumlah 80.000 laki dan perempuan ditingkat pertama bersama tabut kotak kayu berisi jasad nabi Adam dan siti Hawa , Maqom Ibrahim, hajar aswad , serta tonkat tongkat para nabi dan Rosul. Ditinkat kedua untuk binatang liar , binatang ternak, binatang melata , ditinkat ketiga ditempati bangsa burung, tingkat ke empat ditempati pohon pohonan , tingkat kelima untuk binatang buas yang memiliki cakar, tingkat ke enam ditempati binatang berbisa ular, kala jengking, dan tingkat ke tujuh ditempati sepasang gajah betina dan jantan. Tak lama kemudian turunlah azab Alloh tesebut pada kaum nabi Nuh As. barulah disitu kaum nabi Nuh menyadari akan ucapan dan ajakannya, namun Alloh telah menolak Taubat mereka . akhirnya kaum nabi Nuh As. tenggelam termasuk istri dan anak nabi Nuh As.

Naudzubillai Mindzalik



PERLUKAH PERAHU NABI NUH DIDATANGKAN KEMBALI?

Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan. Dan kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika kami menghendaki niscaya kami tenggelamkan mereka, Maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Tetapi (Kami selamatkan mereka) Karena rahmat yang besar dari kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika.
(QS. Yaasiin [36]: 41 – 44).

Allah SWT telah mengisahkan kepada manusia sejarah perahu Nabi Nuh a.s. dalam kitab-kitab suci-Nya, dari Taurat sampai Alqur’an, agar manusia memahami risalah para Rasul, bukannya menentangnya. Agar manusia senantiasa mendapatkan rahmat Allah dan bukan laknat-Nya. Allah menurunkan rahmat dan kasih sayang-Nya, agar manusia semakin bersyukur, atau segera mengoreksi dan memperbaiki diri, menggantinya dengan melaksanakan berbagai kebaikan, dan menyesalkan kejahatan yang terlanjur dikerjakan. Sayangnya, ternyata lebih banyak manusia yang kufur, dibandingkan dengan yang syukur.
Dalam sebuah film animasi yang berjudul Ice Age 2, isu global warming (pemanasan global) secara apik dan menarik diangkat sebagai core of story dalam film tersebut, dimana bongkahan-bongkahan es di antartika meleleh dan pada akhirnya daratan berubah menjadi lautan dengan seketika. Kemudian seluruh makhluk hidup berupa fauna diselamatkan hanya dengan satu buah perahu.
Secara substansial, cerita dalam film tersebut mungkin terinspirasi oleh azab yang ditimpakan oleh Allah kepada kaum Nabi Nuh. Film tersebut memvisualisasikan efek global warming yang merupakan akumulasi dari emisi gas akibat akselerasi proses industri dan cara hidup manusia yang tidak selaras dengan siklus alam, sehingga bongkahan-bongkahan es meleleh. Secara teoritis, peristiwa seperti itu sangatlah mungkin terjadi di masa mendatang, hanya tinggal menunggu waktu saja jika pemanasan global tidak diatasi.
Isu global warming dan dampaknya saat ini menjadi topik yang hangat sebagai bahan kajian dan penelitian para ilmuwan. Bahkan di Indonesia fakta yang telah didapatkan, kepulauan-kepulauan kecil di sekitar Sulawesi bagian timur, air laut telah naik dan menyebabkan abrasi sekitar ± 5 meter dari bibir pantai sebelumnya. Dan bukan tidak mungkin 30 tahun ke depan pulau ini akan tenggelam seperti yang dikisahkan dalam film Ice Age 2 tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah penyebab dari kerusakan bumi ini. Industri-industri yang didirikan dengan maksud membuka lapangan pekerjaan serta penggerak ekonomi secara tidak disadari telah menciptakan “smog dome”.  Mobil dan motor yang biasa kita pergunakan sehari-hari juga telah menghasilkan polusi. Bahkan asap dari hasil pembakaran sampah rumah tangga yang biasa kita dapati di pemukiman-pemukiman, terutama bahan-bahan non-organik yang ikut terbakar, ternyata ribuan kali lebih beracun dari pada asap yang dihasilkan oleh rokok. Asap dari kegiatan-kegiatan tersebut secara umum menghasilkan CO2 yang menjadi salah satu penyebab pemanasan global.
Belum lagi bangunan-bangunan gedung yang dipakai dengan tidak bijaksana, yang menyebabkan sumber panas temporal dari penggunaan AC dan heater, ternyata menghamburkan energi yang juga memberikan kontribusi terhadap pemanasan global sebesar ± 30 %.
Pertambahan penduduk yang sangat pesat serta industrialisasi yang selalu erat kaitannya dengan modernisasi telah membuat kerusakan bumi lebih cepat. Alih-alih dengan alasan pembangunan, yang terjadi sebenarnya adalah perusakan terhadap ekosistem alam secara makro. Maka, tidak mengherankan ketika kita yang meng-klaim diri sebagai manusia yang berperadaban modern akan menuai bencana dari sesuatu yang sadar atau tidak telah kita tanam. Dalam konteks ini sebenarnya jauh sebelum peradaban modern muncul, Allah telah mewanti-wanti manusia tentang kerusakan alam dalam Alqur’an surat Ar-Ruum [30] ayat 41:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Manusia modern – kita semua ini – harus  segera sadar akan kerusakan yang telah terjadi, karena secara tidak sadar kita adalah penyebab kerusakan yang paling ganas dibandingkan dengan kaum-kaum atau peradaban-peradaban sebelumnya. Jika kita sadar, perilaku kita sebenarnya telah melanggar larangan Allah terhadap perusakan alam. Karena dinyatakan dalam Alqur’an bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan:
Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash [28]: 77).
Dalam cara pandang ini, kita sebagai manusia modern tidak bisa sepenuhnya menolak modernisasi, karena modernisasi adalah sebuah fase dan siklus yang alami. Faktor utama kerusakan lingkungan adalah pada manusianya, termasuk kita semua. Kita boleh mengampanyekan perlindungan terhadap lingkungan dan kita juga bebas mencela negara-negara industri yang menjadi penyumbang terbesar emisi penyebab pemanasan global, tetapi kita juga harus melihat diri kita, bahwa kita juga menjadi aktor penyumbang kerusakan lingkungan. Pemborosan energi yang kita lakukan, asap yang keluar dari motor/ mobil kita, dst. Maka dari itu, kita harus memulai dari diri sendiri, sudahkah perilaku kita bersahabat dengan lingkungan hidup atau sebaliknya, sudahkah kita menjaga kebersihan lingkungan kita atau sebaliknya, dst.
Paparan diatas adalah sekelumit gambaran perilaku kita sehari-hari yang sangat jarang kita perhatikan atau kita pedulikan. Bahwa sebenarnya perilaku kita itu sangat berimplikasi negatif terhadap lingkungan, yang ternyata juga berimplikasi langsung pada lingkungan global. Berbagai bencana alam yang membawa banyak korban adalah kiamat-kiamat kecil, agar kita dapat bermuhasabah dan mempersiapkan kehidupan secara lebih baik di masa mendatang untuk kemaslahatan bersama. Sehingga dengan demikian, Allah SWT tidak perlu mendatangkan lagi perahu Nuh yang kedua. 

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar