untuk anak Pak Haji yang baik, cantik dan alim, dia menyadari dirinya bukan siapa-siapa dibandingkan dengan saingannya yang kuliah di Mesir yang alim dan religius, dia
menyadari kekeliruannya selama ini yang jauh dari Tuhan, disaat kesadaran itu timbul maka dia ikhlas sang pujaan hati dipersunting oleh orang lain demi kebahagiaannya, justru disaat itulah dia menemukan hakikat Ikhlas, dan Pak Haji menikahkah dia dengan anaknya.
-
Kurang Pengetahuan Tentang Tarikat; Faktor pertama yang menyebabkan orang mundur dalam mengamalkan Tarikat adalah karena ada beberapa hal pokok dalam tarikat yang tidak dijumpai secara umum dalam ilmu syariat. Misalnya masalah Mursyid, Wasilah, Rabithah, memuliakan Guru, kemudian murid ini tidak mau membuka diri, menganalisa ilmu tarikat berdasarkan ilmu syariat yang dia pelajari kemudian diperparah lagi bertanya kepada orang yang tidak mengerti tentang ilmu tarikat atau bertanya kepada orang yang membenci tarikat seperti kaum wahabi, salafi dan sejenisnya. Sama dengan orang yang memperbaiki jam tangan yang rusak kepada bengkel sepeda, sudah pasti jam tanga nya akan semakin rusak bahkan menjadi hancur. Sebenarnya persoalan tadi (mursyid, wasilah dll) bukan tidak dijumpai dalam syariat akan tetapi pengetahuannya tentang syariat masih kurang, sebab apabila seseorang mempelajari syariat secara sempurna, misalnya lewat pasantren (ahlul sunnah) maka hal-hal yang diajarkan dalam Tarikat tidak aneh bahkan sejalan dengan apa yang dipelajarinya. Hampir semua orang yang berlantar belakang pasantren yang saya ajak menekuni tarikat tidak mempermasalahkan tentang Mursyid dan hal-hal pokok dalam tarikat. Biasanya orang yang belajar agama dari sekedar membaca buku justru mengalami kebimbangan dan keraguan ketika mulai belajar Tarikat. Disaat kita ragu (was was) sebenarnya pada saat itu dalam diri kita sedang terjadi peperangan antara yang Haq dengan yang Bathil. Menjauhkan diri dari Mursyid membuka kesempatan kepada syetan untuk kembali menguasai dan menjajah kita. Dalam tahap ini sebaiknya anda sering-sering bertawajuh dan mengamalkan zikir untuk menghilangkan was-was. -
Niat yang salah; ada sebagian orang masuk tarikat dengan tujuan ingin menjadi kaya, ingin kebal atau memiliki kekuatan gaib. Biasanya orang-orang yang mempunyai niat seperti ini tidak akan bisa bertahan lama, karena akan banyak sekali ujian yang mereka dapat selama mereka menekui tarikat. Semakin banyak keinginan dalam hatinya maka akan semakin besar rasa kecewa yang didapatkannya. Semakin banyak keinginan dalam hati akan menciptakan jurang pemisah antara dirinya dengan Mursyid dan jurang itu semakin lama semakin lebar hingga akhirnya dia benar-benar jauh dari Mursyid. Membawa kain putih kehadapan guru mursyid bukan hanya sebagai syarat semata, akan tetapi merupakan symbol untuk menyadarkan kita bahwa menemui seorang Guru Mursyid itu harus dengan niat yang tulus tanpa ada niat terselubung, harus bersih seperti kain putih dan juga harus pasrah laksana seorang yang akan menghadapi mati. -
Pernah menuntut ilmu Kiri/kebathinan; Beguru kepada Mursyid adalah bagian dari proses bertaubat, menyadarkan diri untuk tidak melakukan lagi kesalahan-kesalahan dan dosa. Orang-orang yang pernah menuntut ilmu kiri (menyembah jin) harus meninggalkan kebiasaan buruk itu, meninggalkan segala amalan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadist dan menggantikan dengan Zikrullah. Dalam proses ini lah terjadi tarik menarik antara jin yang pernah dipujanya dulu dengan zikir yang haq. Apabila dia tidak sanggup bertahan maka akan kembali lagi seperti semula, diper-alat oleh jin. Namun banyak juga orang yang pernah menuntut ilmu kiri ini justru lebih cepat berhasil dalam ber Guru kepada Mursyid, dia menyadari kesalahan-kesalahannya, taubatnya benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh dari lubuk hati paling dalam dan dia selalu bisa menjaga Adabnya dihadapan guru. Biasanya orang seperti ini sangat tinggi Adapnya baik kepada Guru maupun kepada saudara-saudaranya yang lain. -
Berprasangka Buruk; Setiap orang beriman itu harus melalui berbagai macam ujian dan cobaan. Jangan katakan anda sudah beriman sebelum mengalami berbagai macam cobaan. Disinilah kadangkala letak kekeliruan sebagian pengamal tarikat. Ketika Allah memberikan cobaan baik itu berupa cobaan dalam bentuk harta maupun dalam bentuk musibah, kemudian dia menghubungan musibah tersebut dengan amalan tarikat dan dia menganggap tarikat itu sebagai pembawa sial. Banyak sekali orang yang gugur karena berprasangka buruk terhadap tarikat dan salah mengambil kesimpulan. Saya jadi ingat dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 155, “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar